Cerdas Belajar Matematika

Media belajar Matematika, media interaktif untuk ulangan harian, remedial dan pengayaan secara online, analisis statistik untuk penelitian

*** Untuk mendownlod materi di blog ini klik tombol "simpan ke PDF" pada akhir artikel ***

Selamat Belajar

Menumpas Virus Korupsi (opini pribadi di Kompasiana.com)

Inilah artikel saya yang ke 36 di situs kompasiana.com. Artikel yang berupa opini pribadi ini terinspirasi oleh ucapan ketua KPK Bp. Abraham Samad yang mengatakan bahwa para koruptor tidak akan mudah jera karena pelaksanaan pemidanaan yang kurang tegas. Artikel selengkapnya sebagai berikut :


13682039331998269267
Disini Ketua KPK mengatakan : “Leluasanya narapidana keluar-masuk sel, diakui Samad, karena mereka masih memiliki harta yang berlimpah untuk menyuap sipir penjara. “Dengan cara seperti ini, sudah pasti para koruptor di Indonesia tidak akan pernah jera karena tidak pernah merasakan penderitaan di dalam sel,” paparnya.” Sedangkan disini dituliskan “Perlu langkah radikal untuk memberantas korupsi di Indonesia, sebab hukuman badan tidak cukup membuat jera para terpidana perkara korupsi itu. Sepanjang masih memiliki banyak harta, para koruptor masih bisa keluar-masuk penjara dengan leluasa saat dipidana. Inilah salah satu gambaran profil penegakan hukum di Indonesia. Apa yang bisa kita lakukan untuk ikut mendukungnya?
Korupsi adalah penyakit bangsa, yang harus segera diobati jika tidak ingin bangsa ini rusak. Ibarat penyakit demam berdarah, korupsi mudah menyebar jika lingkungannya memungkinkan untuk berkembangnya virus ini. Sama juga dengan sifat virus ia tak dapat dimatikan dan tak dapat dimusnahkan, dalam keadaan darurat yang bisa kita lakukan adalah menciptakan lingkungan yang tidak mendukung berkembang biaknya virus KORUPSI.
Lingkungan yang bagaimana agar virus korupsi tidak berkembang biak. Tidak ada lain adalah lingkungan yang sangat menghargai nilai sebuah kejujuran. Mari kita berkaca di sekeliling kita. Kita mulai dari lingkungan keluarga kita masing-masing. Sudahkah kita menghargai kejujuran dengan lebih baik? Sudahkah kita menghargai anak kita yang jujur tidak mencotek misalnya, walaupun nilainya tidak memuaskan? Pernahkah kita mendukung kejujuran anak-anak kita dengan tidak membebani mereka dengan target-target yang diluar kemampuannya?
Kita beranjak ke lingkungan di sekitar kita. Pernahkah kita menghormati tetangga kita yang jujur setara dengan tetangga kita yang kaya raya (baik kaya harta maupun kaya ilmu)? Pernahkah kita memberikan penghargaan kepada petugas/karyawan/pegawai yang jujur dengan penghoramatan yang lebih walaupun mereka berposisi rendahan? Pernahkah kita melakukan tindakan untuk mendukung sosok-sosok jujur di lingkungan sekitar kita? Pernahkah kita menolak untuk memberikan gratifikasi ataupun suap walaupun dengan konsekuensi urusan kita menjadi tertunda? Pernahkah kita …
Kita beranjak lagi ke lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah saya pilih karena saya anggap sebagai lingkungan yang seharusnya terbebas dari segala macam virus masyarakat dan tentu saja juga harus terbebas dari virus KORUPSI. Sekolah menjadi lembaga formal yang bertugas mendidik anak-anak bangsa, jadi masa depan bangsa Indonesai akan menjadi seperti apa tengoklah keadaan sekolah saat ini. Di sekolah, penghargaan terhadap siswa berprestasi dengan nilai terbaik adalah hal biasa, pernahkah kita mendengar sekolah memberikan penghargaan setara dengan itu untuk sebuah kejujuran? Saya sengaja membandingkan antara prestasi keilmuan dengan pretasi moral yaitu kejujuran untuk kita dapat mengukur sejauhmana kepedulian kita terhadap nilai kejujuran.
Jawaban-jawaban atas pertanyaan itu akan membawa kita pada satu kesimpulan apakah lingkungan kita (masyarakat kita) telah memberikan kontribusi untuk tumbuh subur atau matinya sebuah virus yang namanya KORUPSI. Jika jawaban kita masing-masing  sejujurnya masih mendukung tumbuhnya virus korupsi maka sejatinya pemberantasan korupsi akan terasa sia-sia. Karena satu koruptor dipenjara, diluar penjara masih ada 10 atau bahkan 100 koruptor yang masih melenggang. Saya tidak sedang ingin mengatakan bahwa pemberantasan korupsi tidak diperlukan, pemberantasan korupsi dengan tegas SANGAT DIPERLUKAN tetapi harus dibarengi dengan penanaman budaya jujur di masyarakat untuk menuntaskan sama sekali virus korupsi itu. Ungkapan “Yang dipanggil KPK adalah orang yang lagi sial saja” adalah sebuah ungkapan yang sebenarnya mengakui bahwa korupsi tak cuma tunggal melainkan jamak dan beranak pinak.
Dalam satu lingkungan/kantor/lembaga, biasanya jika hanya satu orang yang melakukan korupsi maka akan cepat terbongkar, tapi jika korupsi di sebuah lembaga tak juga dapat terbongkar sejatinya disitu telah terjadi penyebaran virus korupsi, para koruptor memang senang dengan modus saling bergantung sekaligus saling menutupi.
Anda ingin virus korupsi musnah dari lingkungan anda? Marilah kita mulai dari diri kita sendiri untuk lebih menghargai nilai sebuah kejujuran setara dengan prestasi/kesuksesan yang lain. Semoga…
Simpan ke PDF
1 Komentar untuk "Menumpas Virus Korupsi (opini pribadi di Kompasiana.com)"

Kunjungan balik...

Tolong link saya pagaralam dot com di beneri dulu ya... Trims

Salam