Inilah artikel saya yang ke 36 di situs kompasiana.com. Artikel yang berupa opini pribadi ini terinspirasi oleh ucapan ketua KPK Bp. Abraham Samad yang mengatakan bahwa para koruptor tidak akan mudah jera karena pelaksanaan pemidanaan yang kurang tegas. Artikel selengkapnya sebagai berikut :
Disini
Ketua KPK mengatakan : “Leluasanya narapidana keluar-masuk sel, diakui
Samad, karena mereka masih memiliki harta yang berlimpah untuk menyuap
sipir penjara. “Dengan cara seperti ini, sudah pasti para koruptor di
Indonesia tidak akan pernah jera karena tidak pernah merasakan
penderitaan di dalam sel,” paparnya.” Sedangkan disini
dituliskan “Perlu langkah radikal untuk memberantas korupsi di
Indonesia, sebab hukuman badan tidak cukup membuat jera para terpidana
perkara korupsi itu. Sepanjang masih memiliki banyak harta, para
koruptor masih bisa keluar-masuk penjara dengan leluasa saat dipidana.
Inilah salah satu gambaran profil penegakan hukum di Indonesia. Apa yang
bisa kita lakukan untuk ikut mendukungnya?
Korupsi adalah penyakit bangsa, yang
harus segera diobati jika tidak ingin bangsa ini rusak. Ibarat penyakit
demam berdarah, korupsi mudah menyebar jika lingkungannya memungkinkan
untuk berkembangnya virus ini. Sama juga dengan sifat virus ia tak dapat
dimatikan dan tak dapat dimusnahkan, dalam keadaan darurat yang bisa
kita lakukan adalah menciptakan lingkungan yang tidak mendukung
berkembang biaknya virus KORUPSI.
Lingkungan yang bagaimana agar virus
korupsi tidak berkembang biak. Tidak ada lain adalah lingkungan yang
sangat menghargai nilai sebuah kejujuran. Mari kita berkaca di
sekeliling kita. Kita mulai dari lingkungan keluarga kita masing-masing.
Sudahkah kita menghargai kejujuran dengan lebih baik? Sudahkah kita
menghargai anak kita yang jujur tidak mencotek misalnya, walaupun
nilainya tidak memuaskan? Pernahkah kita mendukung kejujuran anak-anak
kita dengan tidak membebani mereka dengan target-target yang diluar kemampuannya?
Kita beranjak ke lingkungan di sekitar
kita. Pernahkah kita menghormati tetangga kita yang jujur setara dengan
tetangga kita yang kaya raya (baik kaya harta maupun kaya ilmu)?
Pernahkah kita memberikan penghargaan kepada petugas/karyawan/pegawai
yang jujur dengan penghoramatan yang lebih walaupun mereka berposisi
rendahan? Pernahkah kita melakukan tindakan untuk mendukung sosok-sosok
jujur di lingkungan sekitar kita? Pernahkah kita menolak untuk
memberikan gratifikasi ataupun suap walaupun dengan konsekuensi urusan
kita menjadi tertunda? Pernahkah kita …
Kita beranjak lagi ke lingkungan
sekolah. Lingkungan sekolah saya pilih karena saya anggap sebagai
lingkungan yang seharusnya terbebas dari segala macam virus masyarakat
dan tentu saja juga harus terbebas dari virus KORUPSI. Sekolah menjadi
lembaga formal yang bertugas mendidik anak-anak bangsa, jadi masa depan
bangsa Indonesai akan menjadi seperti apa tengoklah keadaan sekolah saat
ini. Di sekolah, penghargaan terhadap siswa berprestasi dengan nilai
terbaik adalah hal biasa, pernahkah kita mendengar sekolah memberikan
penghargaan setara dengan itu untuk sebuah kejujuran? Saya sengaja
membandingkan antara prestasi keilmuan dengan pretasi moral yaitu
kejujuran untuk kita dapat mengukur sejauhmana kepedulian kita terhadap nilai kejujuran.
Jawaban-jawaban atas pertanyaan itu akan
membawa kita pada satu kesimpulan apakah lingkungan kita (masyarakat
kita) telah memberikan kontribusi untuk tumbuh subur atau matinya sebuah
virus yang namanya KORUPSI. Jika jawaban kita masing-masing sejujurnya
masih mendukung tumbuhnya virus korupsi maka sejatinya pemberantasan
korupsi akan terasa sia-sia. Karena satu koruptor dipenjara, diluar
penjara masih ada 10 atau bahkan 100 koruptor yang masih melenggang.
Saya tidak sedang ingin mengatakan bahwa pemberantasan korupsi tidak
diperlukan, pemberantasan korupsi dengan tegas SANGAT DIPERLUKAN tetapi
harus dibarengi dengan penanaman budaya jujur di masyarakat untuk
menuntaskan sama sekali virus korupsi itu. Ungkapan “Yang dipanggil KPK
adalah orang yang lagi sial saja” adalah sebuah ungkapan yang sebenarnya
mengakui bahwa korupsi tak cuma tunggal melainkan jamak dan beranak
pinak.
Dalam satu lingkungan/kantor/lembaga,
biasanya jika hanya satu orang yang melakukan korupsi maka akan cepat
terbongkar, tapi jika korupsi di sebuah lembaga tak juga dapat
terbongkar sejatinya disitu telah terjadi penyebaran virus korupsi, para
koruptor memang senang dengan modus saling bergantung sekaligus saling
menutupi.
Anda ingin virus korupsi musnah dari
lingkungan anda? Marilah kita mulai dari diri kita sendiri untuk lebih
menghargai nilai sebuah kejujuran setara dengan prestasi/kesuksesan yang
lain. Semoga…
1 Komentar untuk "Menumpas Virus Korupsi (opini pribadi di Kompasiana.com)"
Kunjungan balik...
Tolong link saya pagaralam dot com di beneri dulu ya... Trims
Salam